
Profil dan Sejarah Juventus F.C.
Juventus Football Club S.p.A. (BIT: JUVE) (dari bahasa Latin:[6] iuventus: masa muda [juˈvɛntus]), biasa disebut
sebagaiJuventus dan popular dengan nama Juve (pengucapan [ˈjuːve]),[7] adalah
klub sepak bola profesional Italia yang berbasis
diTurin, Piedmont. Klub sepakbola ini adalah yang tertua ketiga di Italia
dan telah menghabiskan sebagian besar sejarahnya, dengan pengecualian pada
musim 2006–07, di atas klasemen Divisi Pertama (dikenal sebagai Serie
A sejak 1929).
Didirikan pada tahun 1897 sebagai Sport Club Juventus oleh
sekelompok siswa muda di kota Turin,[3] yang dipimpin oleh Eugenio Canfari
dan saudaranya Enrico,[8][9][10] klub ini kemudian dikelola oleh
industrialis keluarga Agnelli sejak tahun 1923, yang merupakan kemitraan
olahraga tertua di Italia, sehingga membuat Juventus menjadi klub profesional
pertama di negara itu.[11][12] Seiring waktu, klub telah menjadi simbol
dari budaya bangsa dan Italianità ("Italia"),[13][14][15] karena
tradisi mereka sukses, beberapa di antaranya memiliki dampak yang signifikan
dalam masyarakat Italia, terutama pada tahun 1930-an dan dekade pertama
pasca-perang yang sekaligus mempengaruhi politik ideologis dan asal sosial
ekonomi simpatisan klub. Hal ini tercermin antara lain, dalam kontribusi klub
untuk tim nasional sepak bola Italia sejak paruh kedua tahun 1920-an
yang kemudian diakui sebagai salah satu yang paling berpengaruh dalam sepak
bola internasional karena turut berperan penting dalam kemenangan Piala
Dunia 1934, 1982 dan 2006. Basis penggemar klub ini lebih besar
daripada klub sepak bola Italia lainnya dan merupakan salah satu yang terbesar
di seluruh dunia. Dukungan untuk Juventus tersebar luas di seluruh negeri dan
luar negeri, terutama di negara-negara dengan keberadaan yang signifikan dari
imigran Italia.[16][17][18][19]
Juventus secara historis adalah klub paling sukses di sepak
bola Italia dan salah satu yang paling penting secara
global.[20][21][22] Secara keseluruhan, mereka telah memenangkan lima
puluh lima gelar resmi di pentas nasional dan internasional, lebih dari klub
Italia lainnya: rekor dua puluh sembilan gelar liga, rekor sembilan piala
Italia, rekor enam piala super nasional, dan dengan sebelas gelar dalam
konfederasi dan antar-konfederasi kompetisi (dua Piala Interkontinental,
dua Liga Champions UEFA, satu Piala Winners UEFA, rekor
tiga Piala UEFA, satu Piala Intertoto UEFA dan dua Piala
Super UEFA) klub saat ini di peringkat keempat di Eropa dan kedelapan di dunia
dengan paling banyak trofi yang dimenangkan.[23]
Juventus juga menjadi salah satu klub sepak bola Italia dengan
jumlah fans terbesar[18], dan diperkirakan ada 170 juta orang didunia yang juga
menjadi fans Juve.[24] Klub ini menjadi salah satu pencipta ide European
Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14, yang berisikan
klub-klub kaya Eropa. Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak pemain untuk
tim nasional Italia.
Pada dekade 1980-an di bawah manajemen Giovanni Trapattoni,
klub imi berhasil meraih tiga belas piala resmi dalam sepuluh tahun sampai
tahun 1986, termasuk enam gelar liga dan lima gelar internasional; Juventus
menjadi klub pertama dalam sejarah sepakbola Eropa telah memenangkan tiga
kompetisi utama yang diselenggarakan oleh UEFA: Piala Champions
Eropa, (sekarang sudah tidak berfungsi) Piala Winners dan Piala
UEFA (sisi Italia dan Eropa Selatan pertama yang memenangkan
turnamen).[25][26][27][28][29][27] Setelah kemenangan mereka di Piala
Interkontinental pada tahun yang sama, klub juga menjadi yang pertama
dalam sejarah sepak bola—dan tetap menjadi satu-satunya saat ini—telah
memenangkan semua kemungkinan di kompetisi resmi UEFA dan gelar juara
dunia.[30][31][32][33] Menurut sepanjang masa ranking diterbitkan pada
tahun 2009 oleh Federasi Internasional Sejarah Sepakbola dan Statistik,
organisasi yang diakui olehFIFA, berdasarkan kinerja klub dalam kompetisi
internasional, Juventus adalah klub terbaik Italia dan kedua di Eropa abad
ke-20.[22]
Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di
Torino yang menggantikan markas sebelumnya yaitu Stadion Delle
Alpiyang dirobohkan dan dibangun ulang sebagai stadion baru
bernama Juventus Stadium. Juventus resmi memakai stadion baru mereka
tesebut pada awal September 2011.[34]
Nama lengkap
|
Juventus Football Club S.p.A.
|
Julukan
|
[La]
Vecchia Signora[1] (Nyonya Tua)
[La] Fidanzata d'Italia (Sang Kekasih Italia) [I] bianconeri (Putih - Hitam) [Le] Zebre (Si Zebra) [La] Signora Omicidi (Nyonya Pembunuh)[2] |
Didirikan
|
1 November 1897; 116 tahun yang
lalu(sebagai Sport
Club Juventus)[3]
|
Stadion
|
Stadion Juventus[4], Torino
(Kapasitas: 41,254[5]) |
Pemilik
|
Keluarga
Agnelli (melalui Grup FIAT danExor S.p.A)
|
Presiden
|
![]() |
Manajer
|
![]() |
Liga
|
Serie A
|
Posisi 2013–14
|
ke-1
(Juara), Serie A
|
Posisi 2012–13
|
ke-1
(Juara), Serie A
|
Posisi 2011–12
|
ke-1
(Juara), Serie A
|
Sejarah Awal mula
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Juventus
F.C.
Foto bersejarah, Juventus FC pada tahun 1898.
Juventus FC pada tahun 1903.
Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada
pertengahan tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum
di daerah Liceo D’Azeglio, Turin[35]. Awal mula dibentuknya klub ini
adalah sebagai pelampiasan dari anak-anak yang saling berteman dan
menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dan bersenang-senang serta
melakukan berbagai hal positif. Usia anak-anak tersebut rata-rata 15 tahunan,
yang tertua berumur 17 dan lainnya di bawah 15 tahun. Setelah itu, hal yang
mungkin tidak jadi masalah sekarang ini tapi merupakan hal yang terberat bagi
pemuda-pemuda tersebut saat itu adalah mencari markas baru. Salah satu pendiri
Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mencari
sebuah lokasi dan akhirnya mereka menemukan salah satu tempat yaitu sebuah bangunan
yang memiliki halaman yang dikelilingi tembok, mempunyai 4 ruangan, sebuah
kanopi dan juga loteng dan keran air minum. Selanjutnya, Canfari menceritakan
tentang bagaimana terpilihnya nama klub, segera setelah mereka menemukan markas
baru. Akhirnya, tibalah pertemuan untuk menentukan nama klub dimana terjadi
perdebatan sengit di antara mereka. Di satu sisi, pembenci nama latin, di
sisi lain penyuka nama klasik dan sisanya netral. Lalu, diputuskanlah tiga nama
untuk dipilih; "Societa Via Port", "Societa sportive Massimo
D’Azeglio", dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir belakangan
dipilih tanpa banyak keberatan dan akhirnya resmilah nama klub mereka menjadi
"Sport Club Juventus", tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball
Club Juventus dua tahun kemudian.[3] Klub ini lantas bergabung dengan
Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini
menggunakan pakaian warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar Seri-A
perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di Stadio Motovelodromo
Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih,
terinspirasi dari klub Inggris Notts County.[36]
Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan
agar Juve keluar dari Turin.[3] Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal
dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan
bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino
sebagaiDerby della Mole.[37] Juventus sendiri ternyata tetap eksis
walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.[36]
Dominasi liga
Omar Sivori, John Charles, dan Giampiero
Boniperti di era 1950-an.
Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli mengambil alih
kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion
baru.[3] Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada
musim 1925-26, mereka berhasil merebut scudetto dengan mengalahkan Alba Roma dengan agregat
12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi
gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan
pelatih Carlo Carcano[36], dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo
Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale,
tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan
mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino. Secercah prestasi
kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala Italia pertama
mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas
merebut Piala Italia kedua mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia
ikut Perang Dunia II dan ini membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepakbola
Italia kemudian memutuskan untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan.
Pada 1944, Juve ikut serta dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung
diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby
Torino vs. Juventus. Torino yang saat itu mendapat sebutan "Grande
Torino" kalah 2-1 dari Juventus. Namun di akhir musim justru Torino
berhasil juara. Pada jeda musim panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve
pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli mengambil alih posisi presiden
klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli
mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru
seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia
II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan 1951–52,
dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September
1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi
7. Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda
Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena skuat yang
belum matang, pada November 1956 kabar baik berembus dengan masuknya Umberto
Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi kuat dengan kedatangan beberapa
pemain hebat seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John
Charles yang menemani para punggawa lama seperti Giampiero Boniperti.
Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia pertama
yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga
Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus
pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi
Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti
pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182
gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di
musim 1966–67. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya
sebagai klub terbaik Italia. Di bawah arahan Čestmír Vycpálek, Juve
berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve belum stabil
dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali ke performa terbaik
terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun
kalah dari Leeds United. Di pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil
mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro ditandai permainan apik Bettega dan
Causio. Namun beberapa saat kemudian, Bettega harus istirahat karena sakit dan
posisi pertama klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil
konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di musim 1972-73 Juve
kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di
musim ini, Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah
berjuang sampai menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara
mengejutkan kalah dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15.
Juve juga bahkan berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di
mereka kalah dari Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan
Crujff. Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano
Scirea di musim 1974-75, 1976–77 dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih
hebat bernama Giovanni Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi
mereka di era 1980-an.
Pentas Eropa
Michel Platini bintang Juventus era 1980-an.
Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak
poranda di 1980-an.[36] Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar
Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil dalam timnas
Italia yang menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo
Rossi sebagai salah satu pemain Juve kemudian terpilih menjadi Pemain
Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia pada tahun
tersebut.[38]ditambah dengan kedatangan bintang Prancis Michel Platini,
Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga
disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal
itu ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka
musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino.
Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark)
dan Standard Liege (Belgia) di penyisihan. Akan tetapi, Juventus
kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilan mereka menembus
perempat final Liga Champions. Selanjutnya, kemenangan atas Roma melalui 2 gol
dari Platini dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3 poin dengan Roma di
posisi puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah antara Serie A dan Liga
Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang menjadi juara. Juventus
seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat mereka bertemu Hamburg
di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi. Berada di posisi kedua di
kompetisi domestik dan Eropa, Juventus akhirnya berhasil merebut gelar
penghibur saat menjuarai Piala Italia dan Piala Interkontinental.
Musim panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino
Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk
mengakhiri karirnya di sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino:
Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo
menjadi pendampong Rossi di lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh
di dua kompetisi, Liga dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang
konsisten sepanjang musim, Juve merengkuh gelar liga satu minggu sebelum
kompetisi usai. Dan gelar ini ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat
mereka mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat
bersejarah dan merupakan prestasi bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah era keemasan Rossi usai, Michel
Platini kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa
tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada
pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang
mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun
berurutan.[39] Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi
juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata
wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris
tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan
kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhandengan para hooligans
dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua
kejuaraan Eropa selama lima tahun.[40] Juventus kemudian merebut scudetto
terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi tahun
terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan
performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan
bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC
Milan dan Inter Milan.[36] Pada 1990, Juve pindah kandang ke
Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.[41]
Kesuksesan era Lippi
Marcello Lippi, salah satu pelatih sukses Juventus.
Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus
pada awal musim 1994-95.[3] Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi
Seri-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain
bintang yang ia asuh saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto
Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat
bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga
Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax
Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal,
dimana Fabrizio Ravanellimenyumbangkan satu gol untuk Juve.[42]
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang
biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka
menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo
Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi Seri-A musim 1996–97
dan 1997–98, termasuk juga Piala Super UEFA 1996[43] dan Piala
Interkontinental 1996.[44] Juventus juga mencapai final Liga Champions di
musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia
Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[45][46]
Setelah absen satu musim Lippi kembali, penandatanganan pemain
nama besar seperti Gianluigi Buffon, David Trezeguet, Pavel Nedvěd dan Lilian
Thuram, membantu tim untuk dua gelar scudetto lebih dalam 2001-02 dan 2002-03
musim.[36] Juventus juga bagian dari akhir semua Italia Liga Champions
pada tahun 2003 tetapi kalah dari Milan melalui adu penalti
setelah pertandingan berakhir imbang 0-0. Tahun berikutnya, Lippi diangkat
sebagai pelatih kepala Italia, membawa mengakhiri salah satu periode
manajerial yang paling produktif dalam sejarah Juventus.
Skandal "Calciopoli"
Alessandro Del Piero, Pencetak gol sepanjang masa Juventus dan
pembuat penampilan selama musim 2007–08.
Fabio Capello menjadi pelatih pada tahun 2004, dan
memimpin Juventus untuk dua gelar Serie A. Namun, pada Mei 2006, Juventus
menjadi salah satu dari lima klub Serie A terkait dengan skandal
pengaturan pertandingan, hasil yang melihat klub terdegradasi ke Serie
B untuk pertama kalinya dalam sejarah. Klub ini juga dilucuti dari dua
gelar yang dibawa Capello pada tahun 2005 dan 2006.[47]
Banyak pemain kunci meninggalkan klub menyusul penurunan
pangkat ke Serie B, termasuk Thuram, striker Zlatan Ibrahimović dan
bek tengahFabio Cannavaro. Namun, pemain bernama besar lain seperti Buffon, Del
Piero, Trezeguet, dan Nedved tetap untuk membantu klub kembali ke Seri-A
sementara anak-anak dari Primavera seperti Sebastian
Giovinco dan Claudio Marchisio diintegrasikan ke dalam tim
utama. Bianconeri dipromosikan langsung kembali sebagai juara liga setelah
musim 2006-07, sementara kapten Del Piero mendapat penghargaan pencetak gol
terbanyak dengan 21 gol.
Kembali ke Serie A
Sejak mereka kembali ke Serie A di musim 2007–08, mantan
manajer Chelsea Claudio Ranieri berhasil menangani Juventus
selama dua musim.[48]Mereka menempati posisi ketiga di musim pertama mereka
kembali, dan lolos ke Liga Champions 2008–09 babak kualifikasi ketiga
pada tahap awal. Juventus mencapai babak grup, di mana mereka
mengalahkan Real Madrid di kedua leg kandang dan tandang, sebelum
kalah di babak gugur dengan Chelsea. Ranieri dipecat menyusul serangkaian hasil
buruk, dan Ciro Ferrara ditunjuk sebagai manajer secara sementara
untuk dua pertandingan terakhir musim ini,[49] sebelum kemudian diangkat
sebagai manajer untuk musim 2009-10.[50]
Tim Juventus sebelum pertandingan Liga Champions UEFA
2012–13 melawan Shakhtar Donetsk.
Namun, tugas Ferrara sebagai manajer Juventus terbukti tidak
berhasil, dengan Juventus tersingkir dari Liga Champions dan Coppa Italia, dan
hanya berbaring di tempat keenam di klasemen liga pada akhir Januari 2010, yang
mengarah ke pemecatan Ciro Ferrara dan penamaan Alberto
Zaccheroni sebagai manajer caretaker. Zaccheroni tidak bisa membantu meningkatkan
sisi, sebagai Juventus mengakhiri musim di tempat ketujuh di Serie A. Untuk
musim 2010-11, Jean-Claude Blanc digantikan olehAndrea
Agnelli sebagai presiden klub. Tindakan pertama Agnelli adalah untuk
menggantikan Zaccheroni dan Direktur OlahragaAlessio Secco dengan
manajer Sampdoria Luigi Del Neri dan Direktur
Olahraga Giuseppe Marotta.[51] Namun, Del Neri gagal memperbaiki
nasib mereka dan dipecat. Mantan pemain dan favorit penggemar Antonio
Conte, baru setelah memenangkan promosi dengan Siena, disebut sebagai
pengganti Del Neri itu.
Dengan Conte sebagai manajer, Juventus tak terkalahkan untuk
seluruh musim. Menjelang paruh kedua musim ini, tim itu sebagian besar bersaing
dengan rival utara Milan untuk tempat pertama dalam pertandingan yang
ketat. Juventus memenangkan gelar pada pertandingan ke-37, setelah
mengalahkan Cagliari 2-0, dan Milan kalah
dari Internazionale 4-2. Setelah kemenangan di pertandingan final
melawan Atalanta 3-1, Juventus menjadi tim pertama untuk musim tak
terkalahkan dalam arus Format 38 pertandingan. Prestasi penting lainnya
termasuk yang terbesar kemenangan tandang (5-0 di Fiorentina), rekor
terbaik defensif (20 gol kebobolan, paling sedikit pernah dalam format liga
saat ini) di Serie A dan terbaik kedua di atas enam liga Eropa tahun itu.[52]
Warna, logo, dan julukan
Juventus telah bermain memakai kostum berwarna hitam dan putih
ala zebra sejak tahun 1903. Aslinya, Juve bermain memakai kostum berwarna pink,
tetapi karena ada kesalahan pengiriman kostum dari Inggris, salah satu pemain
Juve malah tampil dengan pakaian belang, yang merupakan kostum klub
Inggris,Notts County. Akhirnya Juve memutuskan untuk beralih kostum menjadi
belang hitam-putih.[53]
Juventus lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju
belang tersebut, yaitu orang Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa
mengontak teman-temannya di Inggris yang bisa menyuplai kostum Juve dengan
warna tersebut. Ia lantas menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang
menjadi supporter Notts County, untuk mengirim kostum belang hitam-putih
ke Turin, dan temannya tersebut menyanggupinya.[53]
Logo lama Juventus yang digunakan sampai musim 2004-05.
Logo resmi Juventus Football Club telah mengalami berbagai
perubahan dan modifikasi sejak tahun 1920. Modifikasi terakhir adalah pada
menjelang musim 2005-06 sebagai perayaan seratus tahun gelar Scudetto pertama
yang diraih Juve. Dimana saat itu mereka mengubah logo menjadi oval, dengan
lima garis vertical, dan banteng yang dibentuk dalam sebuah siluet. Dahulu
sebelum musim 2005-06, Juve memiliki sebuah symbol berwarna biru (yang
merupakan symbol lain dari kota Turin). Selain itu ditambahkan juga dua bintang
yang menggambarkan mereka sebagai satu-satunya klub yang mampu memenagi gelar
Seri-A 20 kali. Sementara di era 1980-an, logo Juve lebih banyak dihiasi dengan
siluet seekor zebra, menggambarkan mereka sebagai tim zebra kuat di Seri-A.
Dalam perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama
julukan, la Vecchia
Signora[1] (the Old Lady dalam bahasa Inggris atau "si
Nyonya Tua" dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu contoh. Kata
"old" (tua) merupakan bagian dari nama Juventus, yang berarti
"youth" (muda) dalam Latin.[6]Nama ini diambil dari usia para
pemain Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya)
merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era
1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la Fidanzata d'Italia (the Girlfriend of Italy dalam
bahasa Inggris atau "Kekasih Italia" dalam bahasa Indonesia), karena
selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain baru dari daerah selatan
Itala seperti dari Naples atau Palermo, dimana selain bermain sebagai pemain
sepak bola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal 1930-an. Nama lain Juve
adalah: I Bianconeri (the black-and-whites, atau Si Belang) dan Le Zebre (the zebras[54], atau Si
Zebra) yang mengacu pada warna Juventus. I gobbi (the hunchbacks) adalah
julukan yang digunakan untuk mendefinisikan pendukung Juventus, tetapi juga
digunakan kadang-kadang untuk pemain tim. Asal yang paling banyak diterima dari
gobbi tanggal ke tahun lima puluhan, ketika tim Bianconeri mengenakan jersey
besar. Ketika pemain berlari di lapangan, kostum, yang memiliki pembukaan di
dada dengan tali, menghasilkan tonjolan di bagian belakang (semacam efek
parasut), memberikan kesan bahwa para pemain memiliki bungkuk.[55]
Stadion
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Stadion Olimpiade
Torino, Stadion Delle Alpi, dan Stadion Juventus
Stadion Juventus dimiliki oleh klub dan dibuka pada
September 2011
Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve
bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan
selanjutnya di gelar di Piazza d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat
nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve
bermain di Corso Re Umberto.
Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp,
dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan
sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain
di Stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah
PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo.
Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total
pertandingan sebanyak 890 kali.[56] Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut
masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.[57]
Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve
menggunakan Stadion Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya
dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain
seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi
di Cesena dan San Siro di Milan.[57]
Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang
sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi
dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan
menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di
bekas lahan Stadion Delle Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve
ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan
hanya 8,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana
kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada
musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai
untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.
Pendukung

Tifosi Juventus dalam sebuah pertandingan.
Juventus merupakan salah satu klub sepak bola dengan jumlah
pendukung terbesar di Italia, dengan jumlah tifoso hampir 12 juta
orang[24] (32.5% dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada
penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica,[18] dan
merupakan salah satu klub dengan jumlah supporter terbesar di dunia, dengan
jumlah fans hampir 170 juta orang[24] (43 juta orang di
Eropa),[24] selebihnya ada di Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh
imigran Italia.[58] Tim Turin ini juga mempunyai fans club yang cukup
besar di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia melalui Juventini
Indonesia.[59]
Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu
habis setiap kali Juve bertanding di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve
di Turin mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar
Italia, kekuatan supporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di
Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding
tandang,[60] lebih dibandingkan para pendukung di Turin sendiri.
Untuk kawasan Indonesia sendiri sejak awal musim
2006-07 sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para penggemar Juventus,
dengan nama Juventus Club Indonesia (JCI). Komunitas ini kemudian
diakui sebagai satu-satunya fans club resmi Juventus untuk Indonesia pada awal
musim 2008-09 setelah hampir tiga tahun berjuang untuk mendapatkan lisensi dari
pihak Juventus Italia.[61][62]
Himne Juventus
Setiap kali Juventus bertanding dihadapan para pendukungnya
di Stadion delle Alpi atau Stadion Olimpiade Torino para
pendukug Juve selalu menyanyikan sebuah lagu khas untuk mendukung timnya yang
tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut. Berikut adalah petikan lagu himne
Juventus:[67]
Bahasa Italia
|
Bahasa Inggris
|
Bahasa Indonesia
|
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Tu sei la squadra del cuore
Sempre in campo undici eroi Vinci l'impossibile e vai Ti seguiremo anche noi
Metti un'altra stella sul petto
Mille mani al cielo per te... insieme L'onda di una magica ola partirà
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Juve... Juve... Juve... Juve...
Notte di Coppa Campioni
Notte che non finirà mai Grande l'emozione che dai quando tu vinci per noi
Tutti allo stadio a sognare
Aspettando l'urlo di un goal... insieme L'onda di una magica ola partirà
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Juve...Juve...
|
Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and
white
Ale' Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale'
You are the favorite team
Also in the eleven heroes Win the impossible and go We will follow
Put another star on his chest
A thousand hands to heaven for you... set The wave of a magic is start
Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Juve ... Juve ... Juve ... Juve ...
Night of Champions Cup
Night that never ends Great feeling from your fans When you win for us
All dream in the stadium
Waiting for the roar of a goal... set The wave of a magic is start
Forza Juve Juve Juve ale '
The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale'
Juve... Juve...
|
Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam
dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Anda adalah tim favorit
Dengan sebelas pahlawan Pergi untuk meraih kemenangan yang tidak terduga Dan kami akan mengikuti
Pasang bintang lain di dadamu
Seribu tangan ke surga akan diatur untuk Anda... Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Juve... Juve... Juve... Juve...
Malam dengan pesta kemenangan
Malam yang tidak pernah berakhir Perasaan sukacita dari penggemar Anda Ketika Anda menang bagi kami
Semua mimpi di stadion
Menunggu gol yang datang... Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita Forza Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Juve... Juve...
|
Pemain
Tim utama
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan
peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu
kewarganegaraan.
No.
|
Pos.
|
Nama
|
|
1
|
![]() |
GK
|
Gianluigi Buffon (kapten)
|
3
|
![]() |
DF
|
Giorgio Chiellini
|
4
|
![]() |
DF
|
Martín Cáceres
|
5
|
![]() |
DF
|
Angelo Ogbonna
|
6
|
![]() |
MF
|
Paul Pogba
|
7
|
![]() |
MF
|
Simone Pepe
|
8
|
![]() |
MF
|
Claudio Marchisio
|
9
|
![]() |
FW
|
Álvaro Morata
|
10
|
![]() |
FW
|
Carlos Tevez
|
11
|
![]() |
FW
|
Kingsley Coman
|
12
|
![]() |
FW
|
Sebastian Giovinco
|
14
|
![]() |
FW
|
Fernando Llorente
|
15
|
![]() |
DF
|
Andrea Barzagli
|
16
|
![]() |
DF
|
Marco Motta
|
19
|
![]() |
DF
|
Leonardo Bonucci
|
No.
|
Pos.
|
Nama
|
|
20
|
![]() |
MF
|
Simone Padoin
|
21
|
![]() |
MF
|
Andrea Pirlo
|
22
|
![]() |
MF
|
Kwadwo Asamoah
|
23
|
![]() |
MF
|
Arturo Vidal
|
24
|
![]() |
MF
|
Leonardo Spinazzola
|
26
|
![]() |
DF
|
Stephan Lichtsteiner
|
30
|
![]() |
GK
|
Marco Storari
|
33
|
![]() |
DF
|
Mauricio Isla
|
34
|
![]() |
GK
|
Rubinho
|
37
|
![]() |
MF
|
Roberto Pereyra (pinjaman dari Udinese)
|
39
|
![]() |
MF
|
Luca Marrone
|
43
|
![]() |
DF
|
Frederik Sørensen
|
—
|
![]() |
DF
|
Patrice Evra
|
—
|
![]() |
DF
|
Paolo De Ceglie
|
Prestasi dan penghargaan
Secara umum, Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan
raihan gelar 44 gelar nasional di Italia, dan salah satu klub tersukses di
dunia,[20][22] dengan raihan 11 gelar internasional,[73] dengan
raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA.[74] menjadikan mereka sebagai klub
keempat yang sukses di Eropa[23] dan juga dunia,[30] dimana semuanya
telah diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak
bola dunia.[73]
Juventus telah memenangi 29 gelar Seri-A, dan menjadi rekor
terbanyak sampai saat ini, dan juga menjadi catatan tersendiri saat Juve
mendominasi lima musim berturut-turut Seri-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35.
Mereka juga telah memenangi Piala Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor
sampai saat ini.[75]
Juventus menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang
telah mendapatkan dua bintang sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih
dari 20 kali. Bintang pertama mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve
berhasil menjuarai Seri-A untuk kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82
ketika Juve menjuarai Seri-A untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan
klub Italia pertama yang memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia)
sebanyak dua kali, yaitu pada 1959-60 dan 1994-95.
Juventus tercatatkan juga sebagai klub pertama dan
satu-satunya di dunia yang berhasil memenangi seluruh gelar kejuaraan
resmi,[31] yang diakui oleh FIFA,[28][29][27][76] Juve memenangi
Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersama Liverpool dan Inter
Milan.[77]
Klub Turin ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub
Italia—dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember
2000.[78]
Juventus juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of
the Year sebanyak dua kali tepatnya pada 1993 dan 1996[79], dan menempati rangking
3 dalam Rangking Klub Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation
of Football History & Statistics.[80]
Gelar juara nasional Italia
§
Lega Calcio Seri-A

Juara (30 kali)[81]: 1905;
1925-26[82]; 1930–31; 1931-32; 1932–33; 1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52;
1957–58; 1959–60; 1960–61; 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77;
1977–78; 1980–81; 1981–82; 1983–84; 1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98;
2001–02; 2002–03; 2011–12; 2012–13, 2013-14
Posisi kedua (20 kali): 1903; 1904;
1906; 1937–38; 1945–46; 1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76;
1979–80; 1982–83; 1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01;
2008–09.
§
Lega Calcio
Seri-B
Juara (1 kali): 2006-07.[83]
§
Piala Italia

Juara (9 kali): 1937–38;
1941–42; 1958–59; 1959–60; 1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95.
Juara kedua (5 kali): 1972–73;
1991–92; 2001–02; 2003–04; 2011–12.
§
Piala Super Italia

Juara (6 kali): 1995, 1997, 2002, 2003, 2012,[84] 2013.
Juara kedua (3 kali): 1990; 1998; 2005.
§
Piala Kremlin
Juara (2 kali): 1954, 1958.
Gelar Eropa dan dunia
§
Piala/Liga Champions

Juara (2 kali): 1984-85,
1995-96.[85][86]
Juara kedua (5 kali): 1972–73;
1982–83; 1996–97; 1997–98; 2002–03
§
Piala Winners UEFA

Juara (1 kali): 1983-84.[87]
§
Piala UEFA/Liga
Europa
Juara (3 kali): 1976-77,
1989-90, 1992-93.[88][89]
Juara kedua (1 kali): 1994–95.
§
Piala Intertoto

Juara (1 kali): 1999-00.[73][90][91]
§
Piala Super UEFA

Juara (2 kali): 1984, 1996.[92][93]
§
Piala Interkontinental

Juara (2 kali): 1985, 1996.[74][94]
Juara kedua (1 kali): 1973.
Pemasok kostum dan sponsor
Periode
|
Produsen kostum
|
Sponsor
|
1979–1989
|
Kappa
|
Ariston
|
1989–1992
|
UPIM
|
|
1992–1995
|
Danone
|
|
1995–1998
|
Sony / Sony Minidisc
|
|
1998–1999
|
D+Libertà digitale / Tele+
|
|
1999–2000
|
CanalSatellite / D+Libertà digitale
/ Sony
|
|
2000–2001
|
Ciao Web / Lotto
|
Sportal.com / Tele+
|
2001–2002
|
Lotto
|
FASTWEB / Tu Mobile
|
2002–2003
|
FASTWEB / Tamoil
|
|
2003–2004
|
Nike
|
|
2004–2005
|
SKY Italia / Tamoil
|
|
2005–2007
|
Tamoil
|
|
2007–2010
|
New Holland FIAT Group
|
|
2010–2012
|
BetClic / Balocco
|
|
2012–2015
|
FIAT S.p.A (Jeep)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar